Islam, Rahmat Bagi Alam Semesta

Gunakan tanda panah di sudut kanan bawah halaman untuk melanjutkan penelusuran artikel dalam kategori ini
Showing posts with label Artikel Pilihan. Show all posts
Showing posts with label Artikel Pilihan. Show all posts

Thursday, September 22, 2011

001. Hukum meninggalkan Shalat



Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Ketika mengabarkan para penghuni neraka Jahim, Allah SWT berfirman:

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَقَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَوَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَوَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya." (QS al-Muddatstsir [74]:42-45).
Ahmad meriwayatkan, "(Batas) antara seseorang dan kekufuran adalah meninggalkan shalat."
Ahmad ath-Thabraani, dan Ibn Hibbaan dalam Shahih-nya meriwayatkan bahwa pada suatu hari, Nabi SAW menyebut-nyebut shalat. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

Barangsiapa memeliharanya, baginya cahaya, burhan, dan keselamatan pada Hari Kiamat. Akan tetapi, Barangsiapa yang tidak memeliharanya, ia tidak akan mendapatkan cahaya, burhan, dan keselamatan. Pada Hari Kiamat ia tinggal bersama Qaaruun, Fir'aun, Haman, Ubay bin Khalaf".

Dalam hadits Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa'i, Ibnu Majjah, dan al-Hakiim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Yang pertama kali dihisab dari amalan hamba pada Hari Kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya sempurna, maka dituliskan baginya sempurna. Akan tetapi jika shalatnya tidak sempurna, maka Allah SWT berkata kepada para malaikat, 'Lihatlah , apakah kalian menemukan pada hamba-Ku shalat sunnah? Sempurnakanlah dengannya shalat-shalat wajibnya. "Demikian pula zakat. Kemudian semua amalan dihisab seperti itu".

'Ubaadah Ibn ash-Shaamit r.a., berkata: "Kekasihku (Muhammad SAW) berwasiat kepadaku akan tujuh hal. Diantaranya adalah:
Beliau Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun walaupun kalian dipenggal, dibakar; atau disalib";

"Janganlah kalian tinggalkan shalat dengan sengaja. Barangsiapa meninggalkannya dengan sengaja, berarti dia telah keluar dari agama ini."

"Janganlah kalian mengerjakan kemaksiatan, karena hal itu merupakan kemurkaan Allah."

"Janganlah kalian meminum khamr, karena ia merupakan induk segala perbuatan dosa."
Ath-Thabraanii berkata, "Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak amanah; Tidak ada shalat bagi orang yang tidak bersuci; Tidak ada agama bagi yang tidak shalat. Sesungguhnya posisi shalat dalam agama seperti posisi kepala terhadap tubuh."
Dalam al-Mutaabi'at terdapat hadits yang diriwayatkan ath-Thabrani yang meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Ia berkata, "Ya Rasulullah! Beritahukanlah kepada saya satu amalan yang jika diamalkan, saya dapat masuk surga". Beliau SAW lalu menjawab:
"Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun walaupun engkau disiksa dan dibakar.

"Ta'atilah kedua orangtuamu walaupun mereka mengambil hartamu dan segala sesuatu milikmu.

"Janganlah engkau meninggalkan shalat dengan sengaja, karena siapa yang meninggalkannya dengan sengaja, berarti ia telah melepaskan diri dari jaminan Allah."
Dalam sebuah riwayat yang bersanad baik,tetapi ada periwayatan yang terputus disebutkan juga: 

  • Janganlah meminum khamr, karena hal itu merupakan induk segala kejelekan. 
  • Berhati-hatilah engkau terhadap kemaksiatan, karena kemaksiatan menyebabkan kemurkaan Allah. 
  • Waspadalah engkau, jangan lari dari pasukan walaupun orang-orang telah binasa. 
  • Bersikap teguhlah dan berilah nafkah kepada keluargamu dari hasil usahamu. Janganlah meninggikan tongkatmu kepada mereka. Ingatkanlah mereka agar takut kepada Allah".

Ulama Ahli Hadits berbeda pendapat mengenai orang yang meninggalkan shalat wajib dengan sengaja. Imam Ahmad dan banyak ulama salaf (Diantara mereka: Ishaq bin Rahawaih, Ibnul Mubarak, Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hakam bin Utaibah, Ayyub As-Sakhtiyani, Abu Bakar bin Syaibah, Abu Khaitsamah, Zuhaeir bin Harab dan lainnya). 

Adapun dari kalangan: 'Sahabat': Umar bin Khatab, Mu'adz bin Jabal, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah, Abu Darda dan lainnya, menganggap kafir orang tersebut dan mengeluarkannya dari Islam, berdasarkan hadits shahih bahwasanya Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Yang membatasi antara seorang hamba dan kemusyrikan adalah meninggalkan shalat. Siapa yang meninggalkannya maka dia telah kafir." ( Dikeluarkan oleh Ibnu Nashar, Muslim, Ahmad dan lainnya).

Sementara Imam Syafi'i, para sahabatnya dan banyak ulama salaf menganggap orang tersebut belum kafir, selama masih meyakini kewajiban shalat tersebut. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang tersebut harus dibunuh, sebagaimana dibunuhnya orang-orang murtad. Mereka menafsirkan sabda Nabi shallallahu'alaihi wa sallam: "Siapa yang meninggalkan shalat (dengan mengingkari kewajibannya) maka ia kafir" 

Hal itu sebagaimana firman Allah:

إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لاَّ يُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَهُم بِالآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
"Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka kafir (ingkar) kepada hari kemudian" (QS Yuusuf [12]:37).

Beliau (Yusuf) meninggalkan mereka bukan karena tindakan yang belum jelas kekufurannya, namun karena mereka mengingkari (Allah dan hari akhir).

Diantara mereka yang sepaham dengan dalil diatas diantaranya adalah : Ishaq bin Rahawaih, Ibnul Mubarak, Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hakam bin Utaibah, Ayyub As-Sakhtiyani, Abu Bakar bin Syaibah, Abu Khaitsamah, Zuhaeir bin Harab dan lainnya. 

Adapun dari kalangan: Sahabat: Umar bin Khatab, Mu'adz bin Jabal, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdullah, Abu Darda dan lainnya.

Ayyuub berkata, "Meninggalkan shalat berarti kufur". Tidak ada perbedaan pendapat dalam hal itu".

Allah SWT berfirman:

فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيّ
Artinya: "Datanglah setelah mereka, pengganti (yang jelek), yaitu yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, sehingga mereka kelak akan menemui kesesatan". (QS Maryam [19]:59)

Tentang ayat di atas, Ibnu Mas'ud berkata,"Makna "adhaa'uba" bukan meninggalkannya secara keseluruhan,melainkan mengakhirkan waktunya.

Sedangkan Sa'id ibn Muusaayyab berkata, " maksudnya adalah tidak shalat zuhur hingga tiba waktu asar, tidak shalat asar hingga tiba waktu magrib, tidak shalat magrib hingga tiba waktu isya', tidak shalat isya' hingga tiba waktu subuh, dan tidak shalat subuh hingga terbit matahari. Jadi barangsiapa yang mati sementara ia masih tetap melakukan hal itu dan tidak bertobat, maka Allah menjanjikan baginya 'baghy', yaitu sebuah jurang terjal dan keras siksaannya didalam neraka jahanam". 

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Wahai kaum Mukmin, janganlah harta benda dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi". (QS al-Munafiqun [63]:9)

Jumhur ahli tafsir mengatakan, "Yang dimaksud dengan 'zikir kepada Allah' pada ayat diatas adalah shalat lima waktu. Barangsiapa yang dilalaikan oleh hartanya--seperti perdagangan, pekerjaan,atau anak-anak--dari shalat yang tepat pada waktunya itu (di awal waktu), maka ia termasuk orang yang merugi".

Allah SWT berfirman:

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينالَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونََ
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya...". (QS al-Ma'un [107]:4)

Mengenai maksud 'orang yang lalai...' pada ayat diatas, Rasulullah SAW bersabda: "Yaitu orang-orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya".

Adz-Zhahabi meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda: "Jika seorang hamba menegakkan shalat pada waktunya, shalat itu naik ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai ke 'Arsy. Ia memohonkan ampunan untuk pelakunya hingga Hari Kiamat. Ia berkata kepadanya,"Semoga Allah memelihara Anda sebagaimana Anda telah memelihara saya." Akan tetapi, jika seorang hamba mengerjakan shalat diluar waktunya, shalat itu naik ke langit dalam kegelapan. Ketika sampai di langit, ia dilipat sebagaimana dilipatnya pakaian, lalu dipukulkan ke wajah pelakunya." 

Diriwayatkan dalam sebuah hadits, "Barangsiapa memelihara shalat, Allah memuliakannya dengan lima hal, yaitu "dihilangkan darinya kesempitan hidup dan siksa kubur; Allah memberikan kepadanya kitabnya dengan tangan kanan-Nya; diperjalankan di atas ash-shirath seperti kilat; dan masuk surga tanpa penghisaban". Akan tetapi, barangsiapa yang meremehkan shalat, Allah menyiksanya dengan lima belas macam siksaan; lima macam diberikan di dunia, tiga macam ketika mati, tiga macam di dalam kubur, dan tiga lagi ketika dikeluarkan dari kubur".

Yang diberikan di dunia adalah-- dicabut berkah dari umurnya, dihapus tanda-tanda orang shalih dari wajahnya; setiap perbuatan baiknya tidak Allah beri pahala; do'anya tidak diangkat ke langit; dan tidak memperoleh bagian dari do'a orang-orang shalih.Yang diberikan ketika mati adalah--kematian dalam kehinaan; kematian dalam kelaparan, dan kematian dalam kehausan. Kalau seluruh air yang ada di dunia ini diminumkan kepadanya, tidak akan menghilangkan dahaganya.Yang diberikan di dalam kubur adalah--disempitkan-Nya baginya kuburannya hingga berpatahan tulang-tulang rusuknya; dinyalakan api di dalam kuburnya hingga ia berguling-guling diatas bara api siang dan malam; serta dikerubungi ulat bernama 'asy-syujaa' al-aqra' yang matanya dari api, kukunya dari besi, dan panjangnya sepanjang jarak perjalanan satu hari. Ia berkata kepada mayit, "Akulah 'asy-syujaa' al-aqra'." Suaranya seperti guntur yang menggelegar. Ia berkata,"Tuhanku menyuruhku untuk memukulmu karena disia-siakannya shalat subuh hingga terbit matahari; aku memukulmu karena disia-siakannya shalat zuhur hingga tiba waktu asar; aku memukulmu karena disia-siakannya shalat asar hingga tiba waktu magrib; aku memukulmu karena disia-siakannya shalat magrib hingga tiba waktu isya; dan aku memukulmu karena disia-siakannya shalat isya' hingga terbit fajar." Setiap kali ia memukul dengan satu pukulan, si mayit terbenam ke dalam bumi sedalam tujuh puluh hasta.Ia terus menerus disiksa hingga Hari Kiamat.

Sementara siksaan yang diberikan ketika dikeluarkan dari kubur adalah di tempat perhentian Hari Kiamat dengan kerasnya penghisaban, kemurkaan Tuhan, dan masuk neraka." Naudzubillahi min dzaliq!!

Diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah Shalallahu'Alaihi Wassalam berkata kepada para shahabat, "Ucapkanlah, Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan kami menjadi 'syaqiy' dan 'mahruum'!" Kemudian beliau bertanya kepada mereka: "Tahukah kalian, apa 'syaqiy' dan 'mahruum' itu?" Lalu beliau SAW menjawab sendiri, "Yaitu orang yang meninggalkan shalat." 

Seorang ulama salaf meriwayatkan bahwa ia telah menguburkan saudara perempuannya yang meninggal dunia. Lalu ke dalam kuburan itu jatuh kantungnya yang berisi harta tanpa ia sadari, sehingga ia kembali dari kuburan itu. Kemudian ia ingat terhadap kantungnya itu, sehingga ia kembali lagi ke kuburan saudaranya itu. Disana, ia mendapati kuburan itu menyala dengan api. Segera ia mengurugnya (menimbun) dengan tanah. Lalu, ia kembali kepada ibunya sambil menangis karena sedih. Ia berkata, "Wahai Ibunda, beritahukanlah kepada-ku tentang saudara perempuanku. Apa yang pernah ia perbuat?" "Mengapa engkau menanyakannya?" tanya ibunya. "Wahai ibunda, aku melihat kuburannya terbakar, jawabnya." Mendengar itu, ibunya menangis dan berkata,"Anakku, saudara perempuanmu itu pernah meremehkan shalat dan mengakhirkannya dari waktunya."!

Demikianlah keadaan orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya (menunda-nunda). Jadi, apalagi (bagaimana) dengan orang yang tidak shalat?

Para pembaca rahimakumullah, 
Marilah kita memohon kepada Allah SWT agar menolong kita untuk memelihara shalat dengan sempurna pada waktunya. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah, Mahamulia, Maha Pengasih, serta Maha Penyayang. (Bersambung)

Baca juga  artikel serupa di sini.



Sunday, September 18, 2011

Mengenal Allah Azza Wa Jalla


Segala pujian dan sanjungan hanya bagi Allah, Rabb seluruh penghuni bumi. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan dan teladan kita Nabi Agung Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seorang hamba yang diutus Allah subhanahu wata’ala sebagai rahmat bagi alam semesta, demikian pula semoga tercurah kepada seluruh Ahlul Bait-nya, para shahabatnya Shalaf al-Shalihin, para tabi'in, tabi'ut tabi'in dan seluruh umat Islam yang setia kepada Allah SWT dan Rasul-Nya hingga akhir zaman.



Para pembaca rahimakumullah,
Apabila anda ditanya: Siapakah Tuhanmu?

Maka katakanlah: "Tuhanku adalah Allah yang telah memelihara diriku dan memelihara semesta alam ini dengan segala ni'mat yang dikaruniakan-Nya. Dan Dialah sesembahanku, tiada sesembahan yang haq selain Dia". 

Allah SWT berfirman:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Segala puji hanya milik Allah SWT Tuhan Pemelihara semesta alam." (QS. Al Fatihah [1] : 2).
"Semua yang ada selain Allah SWT disebut Alam, dan aku adalah salah satu dari semesta alam ini". 

Selanjutnya jika anda ditanya:
"Melalui apa anda mengenal Tuhan?"

Maka hendaklah anda jawab: "Melalui tanda-tanda kekuasaan-Nya dan melalui ciptaan-Nya. Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah: 
  • adanya malam, 
  • siang, 
  • matahari, dan 
  • bulan. 

Sedang di antara ciptaan-Nya ialah: 
tujuh langit dan bumi juga beserta segala makhluk yang ada di langit dan di bumi serta yang ada di antara keduanya. 

Firman Allah Ta'ala:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kamu sujud kepada matahari dan janganlah (pula kamu sujud) kepada bulan, tetapi sujudlah kepada Allah yang telah menciptakan mereka, jika kamu benar-benar menyembah-Nya semata." (QS Fushshilat [41]: 37).

Dan Firman-Nya:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثاً وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ 
"Sesungguhnya Tuhanmu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang, senantiasa mengikutinya dengan cepat. Dan (Dia ciptakan pula) matahari dan bulan serta bintang-bintang (semuanya) tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah, hanya hak Allah mencipta dan memerintah itu. Mahasuci Allah Tuhan semesta alam." (QS. Al A'raaf [7] : 54). 

Tuhan inilah yang Haq untuk disembah.
Dalilnya firman Allah Ta'ala : 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَالَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Yaitu Tuhan yang telah menjadikan untukmu bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, serta menurunkan air (hujan) dari langit lalu dengan air itu Dia mengeluarkan segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu janganlah kamu membuat sekutu-sekutu bagi Allah padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 21-22). 

Ibnu Katsir, Rahimahullah Ta'ala, mengatakan :
"Hanya Pencipta segala sesuatu yang ada inilah yang berhak disembah dengan segala macam bentuk ibadah." 

Dan macam-macam ibadah yang diperintahkan Allah SWT itu antara lain: 
  • Islam, 
  • iman, 
  • ihsan, 
  • do'a, 
  • khauf (takut), 
  • raja` (mengharap), 
  • tawakkal, 
  • raghbah (penuh minat), 
  • rahbah (cemas), 
  • khusyu' (tunduk), 
  • khasyyah (takut), 
  • inabah (kembali kepada-Nya), 
  • isti'anah (memohon pertolongan), 
  • isti'adzah (meminta perlindungan), 
  • istighatsah (meminta pertolongan untuk dimenangkan atau diselamatkan), 
  • dzabh (penyembelihan), 
  • nadzar dan macam ibadah lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT. 

Allah SWT berfirman:
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَداً
"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah, karena itu janganlah kamu menyembah seorang pun di samping menyembah Allah." (QS. Al-Jinn [72] : 18).

Karena itu, barangsiapa yang menyelewengkan ibadah tersebut untuk selain Allah, maka dia adalah musyrik dan kafir. Perhatikan Firman Allah Ta'ala yang berikut ini:

وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهاً آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
"Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping menyembah Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada sesembahannya. Sesungguhnya, orang-orang kafir itu tiada beruntung."  (QS. Al-Mu`minun [23] : 117).

Dalil macam-macam ibadah: 

1. Dalil do'a 

Firman Allah Ta'ala: 
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kamu kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang enggan untuk beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka dalam kekadaan hina." (QS.Ghaafir [40]:60).

Dan diriwayatkan dalam sebuah hadits : "Do'a itu adalah inti ibadah." [H.R. Tirmidzi].

2. Dalil Khauf (takut) 

Firman Allah Ta'ala: 
فَلاَ تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS Ali Imran [3] : 175).

3. Dalil Raja` (mengharap) 

Firman Allah Ta'ala:
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
"….maka barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal sholeh dan janganlah mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." (QS. Al-Kahfi [18]:110).

4. Dalil Tawakkal (berserah diri) : 

Firman Allah Ta'ala:
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ 
"…..dan bertawakkallah kamu hanya kepada Allah jika kamu benar-benar orang yang beriman."(QS. Al-Maidah [5] : 23).

Juga firman-Nya yang artinya:
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ 
"...dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah maka Dia-lah yang akan mencukupinya..." (QS. Ath-Thalaq [65] : 3).

5. Dalil Raghbah (penuh minat) 

Firman Allah Ta'ala:
كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
"…Sesungguhnya mereka itu senantiasa berlomba-lomba dalam (mengerjakan) kebaikan-kebaikan serta mereka berdo'a kepada kami dengan penuh minat (terhadap rahmat Kami) dan cemas (akan siksa Kami), sedang mereka itu selalu tunduk hanya kepada Kami." (QS.  Al-Anbiyaa`[21]:90).

6.Dalil Khasyyah (takut) 

Firman Allah Ta'ala:
فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي
"…Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku..." (QS. Al-Baqoroh (2) : 150). 

7. Dalil Inabah (kembali kepada Allah) 

Firman Allah Ta'ala:
وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu serta berserah-dirilah kepada-Nya (dengan menta'ati perintah-Nya) sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat tertolong (lagi)." (QS.  Az Zumar [39] : 54).

8. Dalil Isti'anah (memohon pertolongan) 

Firman Allah Ta'ala: 
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
"Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan." (QS.  Al-Fatihah [1]:5).

Dan diriwayatkan dalam sebuah hadits:

"Apabila kamu memohon pertolongan maka memohonlah pertolongan kepada Allah..." [H.R. Tirmidzi dan Ahmad].

9. Dalil Isti'adzah (meminta perlindungan) 

Firman Allah Ta'ala: 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَق
"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang menguasai subuh." (QS. Al-Falaq [113)]: 1).

Dan juga firman-Nya: 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Penguasa manusia." (Surah An-Naas [114]:1).

10. Dalil Istighatsah 

Firman Allah Ta'ala: 
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
"(ingatlah) ketika kamu meminta pertolongan kepada Tuhanmu untuk dimenangkan (atas kaum musyrikin), lalu diperkenankan-Nya bagimu (permintaanmu itu)" (QS. Al-Anfal [8]:9).

11. Dalil Dzabh (penyembelihan)

Firman Allah Ta'ala: 
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Katakanlah: "Sesungguhnya sholatku, penyembelihanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri (kepada-Nya)" (QS. Al-An'am[6]: 162-163).

Dan dalilnya dari Sunnah:

"Allah melaknat orang yang menyembelih (binatang) karena selain Allah SWT." [H.R. Muslim dan Ahmad].


12. Dalil Nadzar 

Firman Allah Ta'ala: 
يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْماً كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيراً
"Mereka menunaikan nadzar dan takut akan suatu hari yang siksanya merata di mana-mana." (Surah Al-Insaan [76] : 7).


Baca juga: Dimanakah Tuhan? 

Monday, August 22, 2011

Melihat Allah Subhanahu Wata'ala?





Para pembaca yang di muliakan Allah,
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita diatas agama yang lurus, agama yang Haq dan yang di ridhoi-Nya. “Inad-diina indal laahil islam”

Segenap puji dan syukur diperuntukkan hanya bagi Allah ‘Azza wa alla, karena dengan taufiq dan ‘inayah-Nya jualah yang telah menggerakkan hati kami untuk menyampaikan sepenggal ayat maupun hadits, dengan harapan agar kita sekalian dapat lebih memahami kandungan isi dari al-Hadits yang merupakan Sunnah dari Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam dan yang merupakan sumber hukum atau pedoman kedua sesudah petunjuk Al-Qur’an, bagi pembentukan dan pembinaan insan serta masyarakat muslim dalam segala bidang kehidupan.

Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam telah bersabda dalam khutbah beliau yang terakhir,
“Aku tinggalkan bagimu dua macam pegangan, yang jika kamu berpegang teguh dengan keduanya, maka kamu tidak akan sesat selamanya. Yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah” kepada kita sekalian sebagai ummatnya. Karena itu tidaklah dapat disangkal bagaimana pentingnya mengetahui dan memahami hadits di samping Al-Qur’an.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam, seorang manusia paripurna utusan Allah, yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, juga kepada keluarga (ahlul bait)nya serta seluruh umat yang setia mengikuti risalah yang dibawa oleh beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam sampai akhir jaman.

Perihal Melihat Allah

Allah ‘Azza wa Jalla, adalah Dzat Yang Maha Ghaib, Dialah Pencipta para makhluq ghaib yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala manusia, kecuali dengan seizin-Nya, namun kita mengenal mereka sebagai Malaikat, Syaitan, dan Jin.
DIA juga yang menciptakan Alam-alam ghaib yang hingga saat ini juga tidak dapat kita lihat dengan mata kepala kita (invisible), kecuali dengan izin-Nya kepada manusia-manusia yang Khusus seperti para Nabi, suatu alam yang tidak diketahui bagaimana bentuknya, dimana letaknya dan siapa sajakah penghuninya? Itulah alam-alam ghaib yang mungkin pernah kita dengar namanya yaitu; alam-alam--Qubur, Barzah, Malakut, Zabarut, Sidhratal Muntaha, ‘Arsy, Surga maupun Neraka dan sebagainya.
Sebagai ilustrasi, kita pernah membaca firman Allah Ta’ala di dalam ayat al-Qur’an tentang kejadian manusia dan jin yaitu

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan untuk mengabdi kepada-Ku.”
[QS Adz-Dzariyaat [51]:56)

Dalam hal ini, meskipun sama-sama di ciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya, namun anehnya kita manusia tidak mampu melihat wujud jin atau syaitan apalagi, konon pula melihat malaikat dalam wujud yang sebenarnya, sebaliknya jin-setan dan malaikat, semuanya dapat melihat wujud asli kita sebagai manusia.
Termasuk ke-khususan jin, mereka mampu melihat manusia, namun sebaliknya manusia tidak mampu melihat mereka dalam wujud aslinya.

Allah SWT berfirman:

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman." (QS Al-A'rof [7]:27)

Bekata Syaikhul Islam Rahimahullah: "Ia dinamakan jin karena ketertutupan-nya dari pandangan manusia."

Tidak seorangpun mampu melihat jin, kecuali apabila mereka telah mengubah diri mereka (menjelma) dalam beberapa bentuk dan tentunya dengan se-izin Allah SWT.
Kita percaya, bahwa setiap anak manusia pasti di temani oleh dua malaikat (Raqib & Atid) yang bertugas pencatat amal baik dan pencatat amal buruk setiap manusia, yang semuanya akan terhimpun dalam suatu kitab amalan masing-masing manusia yang akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah Azza wa Jalla di yaumil akhir kelak.

Begitu juga halnya dengan para jin. Mereka juga di temani oleh malaikat pencatat amal baik-buruknya, dan akan mempertanggung-jawabkannya di hadapan Allah.
Sebagai manusia, kita pasti tidak mampu melihat kedua malaikat yang selalu menemani kita siang dan malam tersebut, sebaliknya, kedua malaikat itu dapat melihat wujud kita yang sebenarnya bahkan melihat apa yang sedang kita lakukan sehari-hari yang kemudian akan mereka catat dalam buku logbook kita masin-masing. Sama halnya seperti ketidakmampuan manusia untuk melihat malaikat, kita manusia juga tidak mampu melihat wujud jin yang ghaib,kecuali dengan izin Allah.

Sebaliknya, dapatkan para jin (yang mampu melihat wujud manusia) itu melihat wujud asli malaikat yang menemani dan mencatat perbuatan masing-masing mereka sepanjang siang dan malam tersebut? Jawabannya adalah Tidak! Jin tidak punya kemampuan untuk melihat malaikatnya masing-masing, yang ternyata adalah makhluq ghaib juga bagi mereka.
Begitu jugalah halnya dengan para malaikat yang ghaib, yang mampu melihat para jin (yg juga ghaib). Mereka juga terhijab dengan sesuatu yang lebih tinggi kedudukannya dari pada mereka sendiri misalnya: malaikat yang menghuni langit yang pertama, tidak bisa melihat sosok malaikat penghuni langit kedua, kecuali dengan izin Allah. Malaikat penghuni langit kedua tidak bisa melihat sosok malaikat penghuni langit ketiga.
Begitulah seterusnya hingga malaikat penghuni langit keenam tidak mampu melihat sosok malaikat penghuni langit ke tujuh.

Lantas, jika kita tanyakan "Dapatkah para malaikat melihat Allah?"
Jawabannya adalah Tidak! Kecuali dengan se-izin-Nya!
Artinya, jika untuk melihat wujud asli dari para makhluq ghaib ciptaan Allah SWT seperti di atas saja kita selaku manusia sudah tidak mampu, maka bagaimana mungkin kita dapat melihat DIA Sang Maha Quddus, Tuhan yang menciptakan mereka semua?

~ Wallahu A’lam Bis Showab.

Dari Masruq r.a, katanya: “Pada suatu waktu ketika aku sedang duduk dekat ‘Aisyah r.a., dia berkata kepadaku, “Hai Abu Aisyah (nama gelar Abu Masruq, -pen), Ada tiga ‘perkara’, barangsiapa yang mengatakan satu di antaranya, maka berarti orang itu mengatakan suatu kebohongan besar terhadap Allah,” Aku bertanya, “Apakah itu?” Jawabnya, "Siapa yang mengatakan bahwa Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam pernah melihat Tuhan-Nya, maka dia itu sesungguhnya telah mengatakan kebohongan besar terhadap Allah". Kata Masruq, “Ketika itu aku sedang bersandar, lalu aku duduk seraya berkata: “Ya, Ummul Mukminin! Tunggu sebentar, dan jangan tergesa-gesa. Bukankah Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, “Sesungguhnya dia telah melihatnya di tepi langit yang terang.” (QS Takwir:23), dan “Sesungguhnya dia telah melihatnya diwaktu yang lain.” (QS An-Najm:13). Jawab ‘Aisyah, ”Akulah orang yang pertama-tama dari umat ini yang menanyakan masalah itu kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya yang terlihat itu adalah Jibril. Aku belum pernah melihatnya dalam bentuknya yang asli selain dua kali itu. Ketika ia turun dari langit, sebagian tubuhnya tertutup antara langit dan bumi.”  
Kata ‘Aisyah selanjutnya, “Belum Anda dengarkah firman Allah yang mengatakan:

لاَّ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Penglihatan tidak sampai kepada-Nya, tetapi Dia mengetahui segala penglihatan. Dia itu lemah lembut dan Maha Tahu.” (QS Al-An’am [6]:103)

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْياً أَوْ مِن وَرَاء حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
“Dan tiada seorang pun akan dapat berkata-kata dengan Allah, melainkan dengan wahyu, atau di balik tabir (hijab), atau dikirim-Nya utusan, lalu dengan idzin-Nya diwahyukan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana”. (QS as-Syura [42]:51).

Kata ‘Aisyah melanjutkan: "Orang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam menyembunyikan sesuatu ayat dari Kitab Allah (tidak disampaikannya). Maka orang itu sesungguhnya telah berbuat kebohongan besar terhadap Allah."

Firman Allah SWT;

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ
مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai, Rasul!” Sampaikanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu! Apabila itu tidak engkau lakukan , berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya”. (QS al-Maidah [5]:67).

Orang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam tahu apa yang akan terjadi besok. Orang itu sungguh-sungguh telah berbuat kebohongan besar terhadap Allah. 

Firman Allah,

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakan: Tidak seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui apa yang tersembunyi, melainkan Allah.” (QS An-Naml [27]:65).

Dari Abu Dzar r.a., katanya: ”Aku bertanya kepada Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam, “Adakah Anda melihat Allah?” Jawab beliau, “Dia Maha Cahaya, bagaimana aku bisa melihat-Nya?”

Dari Abu Musa r.a., katanya: ”Pada suatu ketika Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam mengajarkan kepada kami empat perkara:
  1. Allah ‘azza wa Jalla tidak pernah tidur, dan mustahil Dia tidur.
  2. Allah yang menentukan tinggi atau rendahnya nilai amal seseorang;
  3. Allah menerima amal yang diperbuat seseorang di waktu malam pada siang hari, dan menerima amal siang hari di waktu malam;
  4. Tirai-Nya ialah cahaya.

(Di dalam riwayat Abu Bakar, perawi lain, disebutkan api) Jikalau tirai itu dibuka, maka terbakarlah segala yang ada, dimana penglihatan Allah sampai kepada-Nya.”

Demikianlah sekilas tentang topik “Melihat Allah” yang dapat kami sampaikan, dan kami mohon maaf bila terdapat kekeliruan, karena sebagai manusia biasa, tentulah kami tak luput dari kesalahan, dan hanya kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang kami mohonkan ampunan-Nya.

Terima kasih atas perhatian anda sekalian.
Allhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.beserta keluarga dan shahabatnya.

Para pembaca yang di muliakan Allah,
Syafa’at Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam sangatlah penting bagi kita yang belum mengetahui masalah yang ghaib, termasuk apakah kita kelak akan beruntung menjadi ahli surga atau sebaliknya akan tergolong menjadi orang yang merugi karena besarnya dosa-dosa dan belum sempat bertaubatan nashuha, sehingga kelak akan terlempar mengisi jurang-jurang neraka yang azabnya tak terperikan rasanya?

Maka, Barangsiapa yang inginkan pembelaan dari Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam, maka perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada beliau, agar kelak di yaumil akhir, kita akan memperoleh syafaat dari beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam.

إِنّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي ماً َ
“ Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.”
QS. Al-Ahzab [33]:5)

Saturday, August 7, 2010

Kenapa harus berdzikir?


Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam beserta ahlul bait-nya, 
para shahabat Salaffus Shalih, para tabi'in, tabi'ut tabi'in 
serta seluruh umat Islam yang setia dan menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.

FADHILAH DZIKIR

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa kita dapatkan dari kegiatan berdzikir :

1. Membuat hati menjadi tenang

Allah SWT berfirman;

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
[alladziina aamanuu watathma-innu quluubuhum bidzikri allaahi alaa bidzikri allaahi tathma-innu alquluubu] 
”Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar Ra’d [13] : 28)

Banyak orang yang ketika mendapat kesulitan maka mereka mencari cara–cara yang salah untuk dapat mencapai ketenangan bathin. Diantaranya dengan mendengarkan musik yang diharamkan Allah, meminum khamr atau anggur-bir atau obat-obatan terlarang lainnya. (Narkoba). Mereka berharap dengan semua itu, bisa mendapatkan ketenangan. Padahal, yang mereka dapatkan bukanlah ketenangan yang hakiki, tetapi ketenangan yang semu. Karena cara–cara yang mereka tempuh dilarang oleh Allah dan Rasul–Nya.

Ingatlah firman Allah Jalla wa ’Ala di atas, sehingga bila kita mendapat musibah atau kesulitan yang membuat hati menjadi gundah gulana-resah gelisah, maka ingatlah kepada Allah, insya Allah hati menjadi tenang.

2. Mendapatkan pengampunan dan pahala yang besar

Allah SWT berfirman,

وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً
[waalhaafizhaati waaldzdzaakiriina allaaha katsiiran waaldzdzaakiraati a'adda allaahu lahum maghfiratan wa-ajran 'azhiimaan]
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al Ahzab [33]: 35)

3. Dengan berdzikir mengingat Allah, maka Allah pun akan ingat kepada kita

Allah SWT berfirman;

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي
[faudzkuruunii adzkurkum wausykuruu lii] 
“Karena itu, ingatlah kamu kepada Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan)”. (QS Al Baqarah [2] :152)

4. Dzikir itu diperintahkan oleh Allah agar kita berdzikir sebanyak–banyaknya

Firman Allah ‘Azza wa Jalla:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراًوَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلاً
[yaa ayyuhaa alladziina aamanuu udzkuruu allaaha dzikran katsiiraan wasabbihuuhu bukratan wa-ashiilaan]
“Hai orang–orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak–banyaknya. Dan bertasbihlah kepada – Nya di waktu pagi dan petang.” (QS Al Ahzab [33]:41–42)

5. Banyak menyebut nama Allah akan menjadikan kita beruntung

Allah SWT berfirman, 

وَاذْكُرُواْ اللّهَ كَثِيراً لَّعَلَّكُمْ تُفْلَحُونَ
[waudzkuruu allaaha katsiiran la'allakum tuflihuuna]
“Dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS Al Anfal [8] :45) 

[Pada Al Qur’an dan terjemahan cetakan Al Haramain terdapat footnote bahwa 'menyebut nama Allah sebanyak – banyaknya', maksudnya adalah memperbanyak dzikir dan doa].

6. Dzikir kepada Allah merupakan pembeda antara orang mukmin dan munafik
karena sifat orang munafik adalah tidak mau berdzikir kepada Allah kecuali hanya sedikit saja. (Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M, hal. 158).

Allah SWT berfirman,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً
[inna almunaafiqiina yukhaadi'uuna allaaha wahuwa khaadi'uhum wa-idzaa qaamuu ilaa alshshalaati qaamuu kusaalaa yuraauuna alnnaasa walaa yadzkuruuna allaaha illaa qaliilaan]
“Sesungguhnya orang – orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS An Nisaa’ [4]: 142)

7. Dzikir merupakan amal ibadah yang paling mudah dilakukan
Banyak amal ibadah yang sebetulnya mudah untuk kita lakukan. Semisal: 
  • Membaca basmillah ketika akan makan / minum 
  • Membaca doa keluar / masuk kamar mandi 
  • Membaca dzikir – dzikir sewaktu pagi dan petang 
  • Membaca doa keluar / masuk rumah 
  • Membaca doa ketika turun hujan 
  • Membaca dzikir setelah hujan turun 
  • Membaca doa ketika berjalan menuju masjid 
  • Membaca dzikir ketika masuk / keluar masjid 
  • Membaca hamdalah ketika bersin 
  • Membaca dzikir – dzikir ketika akan tidur 
  • Membaca doa ketika bangun tidur 
Dan banyak sekali amalan lain–lain yang mudah kita lakukan. Bila kita tinggalkan, maka rugilah kita berapa banyak ganjaran yang harusnya kita dapat, tetapi tidak kita peroleh padahal itu mudah untuk diraih. Coba saja hitung berapa banyak kita keluar masuk kamar mandi dalam sehari?

DZIKIR HARUS SESUAI DENGAN ATURAN ISLAM

Dzikir adalah perkara ibadah, maka dari itu dzikir harus mengikuti aturan Islam. Ada dzikir – dzikir yang sifatnya mutlak, jadi boleh dibaca kapan saja, dimana saja, dan dalam jumlah berapa saja karena memang tidak perlu dihitung. 
Tetapi ada juga dzikir – dzikir yang terkait dengan tempat, misal bacaan – bacaan dzikir ketika mengelilingi (thawaf) di Ka’bah. Ada juga dzikir yang terkait dengan waktu, misal bacaan dzikir turun hujan. Juga ada dzikir yang terkait dengan bilangan, misal membaca tasbih, tahmid, dan takbir dengan jumlah tertentu (33 kali) setelah shalat wajib. Tentu tidak boleh ditambah – tambah kecuali ada dalil yang menerangkannya. 
Kalau seseorang membuat sendiri aturan – aturan dzikir yang tidak diterangkan oleh Islam, maka berarti dia telah membuat jalan yang baru yang tertolak. Karena sesungguhnya jalan – jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah itu telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. 

Patutkah kita menempuh jalan baru selain jalan yang telah diterangkan oleh Rasul Allah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu tidak, karena Agama Islam ini telah sempurna. Kita harus mencukupkan dengan jalan yang telah diterangkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.

[Dari: Chandraleka]

Referensi :
1.Al Qur’an
2.Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Dzikir Pagi dan Petang dan Sesudah Shalat Fardhu, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Cetakan I, Desember 2004
3.Khalid Al Husainan, Aktsaru min Alfi Sunnatin fil Yaum wal Lailah, Daar Balansiyah lin Nasyr wat Tauzi’, Riyadh, Terj. Zaki Rahmawan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah Dalam Sehari Semalam, Pustaka Imam Asy Syafi’i, Bogor, Cetakan I, Juni 2004 M

Monday, August 2, 2010

001. Intisari Ajaran Islam: Kewajiban Seorang Hamba


Segala puja dan puji hanyalah milik Allah Azza wa Jalla Semata. Shalawat dan salam semoga snantiasa tercurah kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam beserta ahlul baitnya, para shahabatnya, Khulafaur Rasidin, para Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in serta para pengikut setia Beliau SAW hingga akhir zaman.


INTI AJARAN ISLAM

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku."
(QS Adz-Dzariyat [51]: 56) 

KEWAJIBAN SEORANG HAMBA

Kewajiban seorang hamba yang pertama kali harus dilakukan adalah: 
Mengetahui bentuk hakikat perintah yang Allah tetapkan atasnya. Allah mengambil janji terhadap mereka dengan mengutus para Rasul, menurunkan kitab, dan karenanya pula Allah menciptakan dunia dan akhirat, surga dan neraka. Dengan perintah-Nya akan terjadi hari kiamat, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan-Nya. Lalu ada proses perhitungan di alam akhirat dimana perbuatan manusia di dunia harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Dan sampai pada ketentuan apakah seseorang itu celaka atau bahagia dengan keadaan dirinya masing-masing. Orang-orang yang celaka tempatnya yang telah disediakan adalah Neraka. Dan orang-orang yang beruntung tempatnya adalah di surga, masing-masing dengan derajat yang berbeda sesuai dengan dekat dan jauhnya terhadap Allah SWT. 
Arti Al-Abdu (hamba) adalah orang yang diperbudak, lemah dan hina yang artinya mencakup seluruh makhluk baik di bumi maupun di langit, berakal atau tidak, yang tampak atau tidak, yang beriman atau kafir. Allah adalah yang memelihara semua makhluk, maka ia menjadi hina kalau Allah menghinakannya, dan akan terpelihara kalau Allah memeliharanya. Setiap sesuatu berjalan sesuai dengan fitrahnya. Tidak ada yang dapat melampaui-Nya hanya sebesar biji sawi. Allah memerintahkan kepada hambanya adalah sebagai mana dalam firman-Nya, yang artinya:

"Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat [51]: 56) 

Ibadah adalah segala sesuatu amal yang dicintai Allah dan diridhoi-Nya, baik yang terbetik di dalam hati, perkataan yang diucapkan maupun perbuatan. Sesuatu amalan bisa dianggap ibadah apabila memenuhi syarat, yaitu benar-benar atas dasar cinta dan rendah hati kepada Allah SWT. Dan beribadah ada tiga syarat, yaitu:
  • kemauan yang kuat, 
  • niat yang ikhlas dan 
sesuai dengan syari'at Islam yang diperintahkan Allah. 

Dua syarat terakhir itulah syarat diterimanya ibadah.

وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى
"Dan orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." (QS Al-Baqarah [2]: 165)

Tanda-tanda seorang hamba mencintai Rabbnya, yaitu dia mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci-Nya; Melaksanakan perintahnya; menjauhi larangannya; berwala (loyalitas) kepada para wali-wali-Nya dan memusuhi musuh-musuh-Nya. Dan yang dikatakan sekuat-kuat iman adalah cinta dan benci karena Allah.

Untuk mengetahui apa yang dicintai dan diridhoi Allah, maka harus melalui para rasul yang telah diutus dan kitab-kitab yang diturunkan yang di dalamnya terdapat perintah yang dicintai dan diridhoi-Nya dan larangan yang dibenci-Nya. Dan Allah telah menyempurnakan agama ini kepada rasul terakhir yaitu Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Maka melalui petunjuk dan perintah Rasul terakhir itulah dengan kitab dan sunnah-nya untuk diikutinya.

Firman Allah SWT:

رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
"(Mereka) Kami utus selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul." (QS An-Nisa' [4]: 165) 

ARTI ISLAM

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ 
"Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah adalah Islam." (QS Ali Imran [3 ]: 19) 

Ada beberapa tertib (urutan) dalam agama Islam, yaitu: 
  1. Islam, 
  2. Iman dan 
  3. Ihsan. 
ISLAM
Artinya: menyerahkan diri kepada Allah, meng-Esa-kan-Nya dan meyakini-Nya dengan menaati serta jauh dari perbuatan syirik.

Iman adalah perkataan dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan kata, lisan dan anggota badan. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. 

Ihsan adalah kamu menyembah Allah Subhanahu wa Taala seolah-olah kamu melihat-Nya. Bila kamu tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia dapat melihatmu. 

وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى 
"Dan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh (al-'urwatul wutsqa)." (QS Luqman [31]: 22) 

Rukun Islam Dalam soal jawab tentang agama dengan malaikat Jibril, Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: 

"Islam yaitu hendaknya kamu bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji bila mampu." (HR Muslim, Abu Daud dan Ahmad) 

Rukun Islam itu ada lima 
Yang pertama dan yang paling besar adalah: Syahadah (persaksian) bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. 

Seorang hamba tidak dikatakan sebagai seorang Muslim kecuali dia telah mengucapkan dua kalimat syahadat. Rasulullah saw telah bersabda yang artinya, "Saya diperintahkan untuk membunuh manusia, sehingga mereka mau bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusannya." (HR Tujuh Imam Hadits) 

Makna "Laa Ilaaha Illallah"
Artinya kita menafikan segala apa yang disembah selain Allah Subhanahu wa Taala, artinya kita menetapkan bahwa ibadah itu hanya untuk Allah SWT semata-mata, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Syarat "Laa Ilaaha Illallah" 
Syarat-syarat syahadat "Laa Ilaaha Illallah" yang dapat memberi manfaat bagi pengucapnya adalah: 
  1. Harus mempunyai Ilmu yang menafikan kebodohan (tentang Allah SWT). 
  2. Keyakinan yang menafikan keraguan. 
  3. Ikhlas (murni dalam beribadah kepada Allah SWT) yang menafikan syirik. 
  4. Kejujuran yang menafikan dusta. 
  5. Cinta yang menafikan kebencian. 
  6. Ketundukan yang menafikan pelanggaran (meninggalkan perintah). 
  7. Menerima tanpa ada penolakan. 
  8. Mengingkari semua apa yang disembah selain Allah SWT 
Syirik 
Syirik dibagi menjadi tiga bagian:

  1. Syirik Akbar (Besar). 
  2. Syirik Ashghar (Kecil). 
  3. Syirik Khofi (Samar). 
Syirik Akbar/Besar
Syirik akbar akan menghapuskan pahala amal dan akan mengekalkan pelakunya di dalam Neraka. Seperti yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala:

ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ 
"Dan kalau mereka melakukan syirik (menyekutukan Allah dengan sesuatu), pasti akan gugur dari mereka (pahala) apa yang mereka lakukan." (QS Al-An'am [6]: 88).                           

 إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاءُ وَمَن يُشْرِكْ 
بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْماً عَظِيماً 
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS An-Nisa' [4]: 48).

إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ 
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun." (QS Al-Maidah [5]: 72). 

Dan lain-lain. 

Yang termasuk syirik akbar, di antaranya adalah: 
berdo'a (meminta pertolongan dan petunjuk) kepada orang yang sudah mati dan patung (berhala), 
mohon perlindungan kepada mereka, juga bernadzar dan berkorban (menyembelih binatang) untuk mereka dan lain sejenisnya. 

Syirik Asghaar/Kecil 
Syirik kecil ialah beberapa tindakan yang sudah jelas disebutkan dalam nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah sebagai syirik, tetapi tidak termasuk jenis syirik besar.

Contohnya adalah, riya' (ingin dilihat orang) dalam beramal, bersumpah tidak dengan nama Allah dan lain sejenisnya. 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesuatu yang paling aku takuti terhadap kalian adalah syirik kecil". Lalu beliau ditanya syirik kecil itu. Beliau menjawab: "riya'." (HR Imam Ahmad, ath-Thabrany, al-Baihaqi) 

"Barangsiapa yang bersumpah dengan sesuatu -selain Allah- maka dia telah menyekutukan (Allah)." (HR Ahmad dengan sanad yang shahih). 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
"Janganlah kalian mengatakan: (Atas kehendak Allah dan kehendak si fulan'), tapi katakanlah: ('Atas kehendak Allah kemudian atas kehendak si fulan')." (HR Abu Daud dengan sanad yang shahih dari Hudzaifah bin al-Yaman radhi-allahu anhu). 

Syirik kecil ini tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam serta tidak memastikan kekalnya seseorang di dalam Neraka, tetapi menghilangkan kesempurnaan tauhid yang semestinya. 

Syirik Khofi/Samar Syirik khofi ini didasarkan pada sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, yang mana beliau bertanya kepada para sahabat: "Bagaimana sekiranya aku beritahu kalian tentang sesuatu yang lebih aku takuti (terjadi) pada kalian daripada al-Masih ad-Dajjal? Mereka menjawab: Ya, wahai Rasulullah! Lalu Rasulullah bersabda: "Syirik yang samar (contohnya), seseorang berdiri lalu dia melakukan shalat maka dia perbagus shalatnya karena dia melihat ada orang lain yang memperhatikan kepadanya." (HR Imam Ahmad). 

Bisa juga syirik itu dibagi menjadi dua bagian saja. Syirik besar dan syirik kecil. Hal ini tergantung sudut pandangnya. 

Adapun syirik khofi, bisa masuk dalam dua jenis syirik tadi. 
Bisa terjadi pada syirik besar, seperti syiriknya orang-orang munafik. Karena mereka itu menyembunyikan keyakinan sesat mereka dan berpura-pura masuk Islam dengan dasar riya' dan khawatir akan keselamatan diri mereka. 

Bisa juga terjadi pada syirik kecil seperti yang disebutkan dalam hadits Mahmud bin Labid Al-Anshari yang terdahulu dan hadits Abu Said yang tersebut di atas. 

Adapun syahadah/persaksian bahwa Muhammad saw utusan Allah SWT, adalah membenarkan dalam hati dan mengucapkan dengan lisan bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya kepada seluruh umat manusia termasuk jin. 

النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراًوَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُّنِيراً 
"Sebagai saksi dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk cahaya yang menerangi." (QS Al-Ahzab [33]: 45-46) 

Maka konsekwensinya adalah: 
Membenarkan apa yang dikabarkan oleh beliau, mentaati perintah beliau, meninggalkan apa yang dilarang oleh beliau dan hendaklah dia tidak menyembah Allah SWT kecuali dengan cara yang disyariatkan oleh Allah SWT sendiri dan Rasul-Nya. 

Kemudian, rukun Islam selanjutnya adalah:
  • Shalat, Zakat, 
  • Puasa Ramadhan, 
  • Haji ke Baitullah al-Haram bagi yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. 
Penjelasan detail serta cara-cara ibadah tersebut tentang bab rukun Islam, Insya Allah akan ditampilkan pada rubrik Fiqh Ibadah (Bersambung). 


Halaman 1 dari 4
Sebelumnya                                  Halaman Utama                                   Selanjutnya

Monday, July 26, 2010

Amalan-amalan pamungkas


Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan-Nya kepada junjungan kita, baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam beserta ahlul bait-nya, para shahabat Salaffus Shalih, para tabi'in, tabi'ut tabi'in serta seluruh umat Islam yang setia dan menegakkan ajaran-risalah beliau hingga akhir zaman.


Pembaca rahimakumullah, 
Mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat, tentunya merupakan cita-cita setiap muslim, namun hal itu tidak bisa hanya sebatas cita-cita dan angan-angan. Harus ada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga cita-cita itu benar-benar dapat terwujud sesuai harapan. 

Salah satu cara untuk merelisasikannya adalah dengan menjalankan amalan-amalan yang sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, khususnya amalan-amalan pamungkas dan pilar utamanya. Nah, apakah amalan-amalan itu? Mari ikuti kajian berikut ini!

Naskah Hadits:

Dari Mu’adz bin Jabal RA, ia berkata, “Dalam suatu perjalanan, pernah aku bersama Rasululah SAW. Pada suatu hari saat sedang berjalan-jalan, aku mendekat kepadanya, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, terangkanlah kepadaku akan suatu amalan yang dengannya dapat menyebabkan aku masuk surga dan jauh dari neraka.” Beliau SAW menjawab;  “Engkau telah menanyakan suatu perkara yang amat besar namun sebenarnya ringan bagi orang yang dimudahkan oleh Allah; hendaklah kamu menyembah Allah dan tidak berbuat syirik terhadap-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan (membayar) zakat,  berpuasa di bulan Ramadlan dan melakukan haji.” 

Kemudian beliau bersabda lagi, “Maukah kamu aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa merupakan penjaga (pelindung) dari api neraka, sedekah dapat memadamkan kesalahan (dosa kecil) sebagaimana air dapat memadamkan api,  dan shalat seseorang di tengah malam seraya membaca ayat ini, 

‘ تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعاً وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya* dan mereka selalu berdo'a kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan". [Maksudnya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam] (QS as-Sajdah [32]:16)

Kemudian beliau juga mengatakan, “Dan maukah kamu aku tunjukkan kepala (pangkal) semua perkara, tiang dan puncaknya.?” Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.!”

Beliau bersabda,
"Kepala (Pangkal) dari semua perkara itu adalah Islam, tiang-nya adalah shalat dan, puncaknya adalah jihad.” 

Kemudian beliau bersabda lagi, “Maukah kamu aku tunjukkan pilar dari semua hal itu?” 

Aku menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.!”
Lalu beliau memegang lisan (lidah)-nya seraya berkata, “Jagalah ini olehmu.”
Lantas aku bertanya, “Wahai Nabiyyullah, apakah kami akan disiksa atas apa yang kami bicarakan?” Beliau bersabda, “Celakalah engkau wahai Mu’adz! Tidakkah wajah dan leher manusia dijerembabkan ke dalam api neraka kecuali akibat apa yang diucapkan lidah-lidah mereka.?” [HR.at-Turmduzy, dia berkata, “Hadits Hasan Shahih”]

Keterangan kata: 

  • Hashaa`id Alsinatihim: kejelekan dan kekejian yang dibicarakan oleh lidah-lidah mereka seperti syirik kepada Allah, ghibah, adu domba, dst’ 
  • Tsaqilatka Ummuka (Celakalah Engkau) : secara zhahirnya, kalimat ini tampak seperti doa agar orang yang didoakan mati akan tetapi yang dimaksud sebenarnya bukan makna zhahirnya tersebut tetapi lebih kepada ucapan yang sudah terbiasa oleh lidah bangsa Arab. 
Pesan-Pesan Hadits
1. Hadits tersebut menunjukkan betapa perhatian para shahabat, di antaranya Mu’adz bin Jabal terhadap amal-amal shalih dan hal-hal yang dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka selalu memanfa’atkan keberadaan Rasulullah dengan baik untuk bertanya kepadanya, lalu kemudian mengaplikasikan jawaban beliau. Demikianlah seharusnya seorang Muslim, wajib menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya, mencari hal-hal yang berguna dan menjadi kepentingannya serta dapat membuatnya masuk surga.

2. Hendaknya kemauan seorang Muslim itu begitu tinggi dengan memikirkan hal-hal besar yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah sehingga kemudian target utamanya adalah akhirat yang harus diupayakannya. Dengan begitu, ia akan sangat berhati-hati dan menghindar dari kemauan yang murahan dan sesaat. Makanya, Rasullah mengatakan kepada Mu’adz dalam hadits di atas, “Engkau telah menanyakan suatu perkara yang amat besar.”

3. Tujuan akhir keinginan manusia di dalam kehidupan ini adalah ‘surga’, masuk ke dalamnya dan hal yang dapat menunjukkannya masuk ke sana. Karena itu, hendaklah ia mencari semua sarana yang dapat menyebabkannya masuk surga dan menjauhkannya dari neraka.

4. Dien ini mencakup hal-hal wajib dan sunnah; hal-hal wajib (faraidl) wajib diamalkan Muslim, dijalankan secara konsisten dan tidak diterima dari siapa pun alasan tidak tahu mengenainya, sementara hal-hal sunnah, harus antusias dilakukannya selama mampu melakukannya.

5.Atas karunia Allah Ta’ala, Dia menjadikan pintu-pintu kebaikan demikian banyaknya, sebagiannya dijelaskan dalam hadits ini, yaitu amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, membuat sampai kepada kecintaan dan ridla-Nya. 

Di dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman,

“Dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya dan senantiasalah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku melalui amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” [HR.Bukhari, 6137]

6. Puasa merupakan ibadah Sirriyyah (yang bersifat rahasia) antara seorang hamba dan Rabbnya. Bila seorang Muslim memperbanyak puasa sunnah, maka hal itu dapat menjadi penjaga dan pelindung dirinya dari api neraka.

7. Sedekah dapat memadamkan kesalahan (dosa kecil) sebagaimana air dapat memadamkan api. Ini merupakan pintu yang begitu agung sebab sedekah sunnah selalu terbuka sekali pun sedikit. Di dalam hadits yang lain disebutkan, “Bertakwalah kamu walau pun dengan separuh buah kurma.” (HR.Bukhari dan Muslim)

8. Adalah sangat penting bila seorang Muslim bersungguh-sungguh di dalam melakukan shalat wajib namun terlebih lagi dengan melakukan shalat malam di mana keheningan malamnya, jauh dari kebisingan-kebisingan, bermunajat kepada sang Pencipta secara sendirian dan kehina-dinaannya di hadapan-Nya akan memberikannya kenikmatan iman yang spesial seperti halnya kondisi para shahabat ketika Allah berfirman mengenai mereka, “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka.” (as-Sajdah:16) Dalam firman-Nya yang lain ketika Allah Tabaraka wata'ala memuji mereka, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS adz-Dzariat [51]:17-18)

9. Rasulullah SAW kembali mengulang-ulang untuk menjelaskan urgensi amalan-amalan khusus di dalam agama ini, yaitu:

(a). Bahwa kepala (pangkal) semua urusan ini, di mana jasad tidak akan hidup tanpa kepala, adalah tauhid dan syahadat ‘Tiada tuhan –yang haq disembah- selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.’ Tanpa tauhid seperti ini, tidak akan benar keislaman seseorang, tidak akan lurus kondisinya dan tidak akan selamat pada hari Kiamat.

(b). Tiang, pilar dan pondasinya adalah mendirikan shalat sebab suatu bangunan tidak akan mungkin bisa tegak tanpa adanya tiang. Ia merupakan rukun-rukun ilmiah paling penting, yaitu jalinan antara seorang hamba dan Rabbnya.

(c). Yang paling tinggi dan puncaknya di mana karenanya agama ini menjadi tinggi dan tersebar adalah jihad di jalan Allah. Dengan jihad, telaga Islam dan kehormatan kaum Muslimin akan terjaga, wibawa mereka akan menjadi bertambah, ‘izzah (rasa bangga keislaman) akan nampak dan para musuh dapat ditaklukkan.

10. Dalam penutup wasiatnya, Rasulullah SAW mengingatkan suatu perkara yang amat penting sekali namun selalu disepelekan oleh banyak orang, yang merupakan pintu besar bagi amal-amal baik dan buruk. Perkara ini adalah 'lisan' (mulut) yang merupakan senjata tajam yang bila digunakan untuk kebaikan dan keta’aan, maka ia akan menjadi pintu besar menuju surga dan bila digunakan untuk kejahatan dan kemaksiatan, mak ia akan menjadi penggiring ke neraka.

11. Seorang Muslim wajib menggunakan lisannya untuk hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah seperti dzikir, membaca al-Qur’an, memberi nasehat, amar ma’ruf, menunjukkan kepada kebaikan, berdakwah kepada Allah, nahi munkar, menunjukkan jalan bagi orang yang tersesat dan sebagainya. Demikian pula, wajib baginya untuk menghindari penggunaannya pada hal-hal yang dapat menyebabkannya masuk neraka seperti syirik kepada Allah, berdusta, bicara atas nama Allah tanpa ilmu, ghibah, namimah (adu domba) dan persaksian palsu. Lidah yang seperti ini akan menyeret pemiliknya ke dalam neraka, na’uudzu billaahi min dzaalik.


[Sumber; Silsilah Manaahij Dawraat al-‘Uluum asy-Syar’iyyah- al-Hadiits-Fi`ah an-Naasyi`ah karya Prof Dr Falih bin Muhammad ash-Shaghir, et.ali, h.143-147]

Folder Arsip

Loading...

Rekam Arsip

Rekomendasi Arsip

Followers